FIRASAT

Bagaimana kita bisa tahu sesuatu itu adalah firasat atau bukan?
kita harus mengamatinya ke dalam dada kita, dan merasakannya keluar.
Pesan yang sama biasanya datang berulang, lewat suara hati atau gejala alam.
Dan biarpun pikiran kita ingin menyangkal firasat dari diri kita, maka seluruh sel tubuh dan rasa kita seperti sudah tahu.
Lalu, ketika kita tidak suka dengan apa yang di katakan firasat kita, lantas apa yang bisa kita lakukan??
Kita hanya perlu menangkap pesan firasatnya ketika belum terjadi, dan ketika sudah terjadi, terima kejadiannya. Karena menolak, menyangkal hanya akan membuat kita lelah.

"Tapi, untuk apa aku punya feeling (hunch) kalau ternyata aku tidak bisa apa-apa, apalagi merubahnya?"
Mungkin persamaan kata yang paling tepat untuk 'hunch' atau 'feeling' menurut presepsiku selama ini adalah 'firasat'.
Berdasarkan Encarta Dictionary: hunch di sinonimkan sebagai feeling, an intiuitive feeling about someting, gut feeling, intinct, idea.
Untuk bisa membedakan apakah itu pertanda atau bukan, periksalah ke dalam dan ke luar, karena pesan yang sama bisa datang berulang, tak bisa disangkal.

Ada orang-orang yang merasa feeling atau firasatnya seringkali tepat.
Namun ada pula yang menyatakan tidak pernah mendapatkan feeling atau apapun itu namanya.
Tak jarang pula itu di kaitkan dengan kemampuan indra ke enam manusia, tapi menurutku yang lebih tepat adalah mereka kurang peka menangkap signal yang di berikan oleh hati, lewat alam dan apapun yang ada di sekitar kita, karena setiap orang punya hati dan hatimu selalu berbicara padamu, hanya saja hati dapat di dengar pada waktu teduh dan ketika kamu membiarkannya bicara dan mau mendengarnya berbicara.
Dengarlah selembut-lembutnya kata hati dalam hening, cobalah belajar mengerti isyaratnya.

Tapi terkadang aku gemas karena aku di beri tanda tanpa tahu pada siapa dan apa yang akan terjadi.
Maka, hanya waspada yang bisa ku sarankan, lagipula tak ada salahnya berjaga-jaga bukan?

Terkadang rasa aneh itu hilang saat ada teman dekat atau orang-orang yang punya ikatan batin mengabarkan ia tiba-tiba sakit pagi ini, dan sebagainya.

Tak semua orang yang kukenal ku takutkan sedang atau akan terjadi sesuatu, ku dapat firasat itu saat ada hal yang akan terjadi pada mereka yang punya ikatan lebih kuat denganku.
seperti keluarga, sahabat, atau mereka yang namanya sering ku sebut dalam doa, sehingga tanpa sadar terjalin koneksi yang tak kasat mata, atau ikatan batin, entahlah, itu menurutku.
Aku sempat jengkel pada keadaan ini karena aku merasa tak tahu dan tak bisa mengartikan tanda itu, aku pun tak bisa memperingatkan orang yang tepat, aku juga tak bisa merubah yang akan terjadi, lalu untuk apa aku bisa merasakan firasat atau bad filling itu? Karena rasanya tidak mengenakan. Hati ini berat dan seharian gelisah uring-uringan tak jelas.
Aku kadang muak karena tak ada yang bisa ku lakukan sekali pun aku mendapat pertanda. Justru tidak nyaman lebih dulu mengetahui sesuatu akan terjadi sebelum yang lain menyadarinya.

Hari ini aku dapatkan rangkuman penjelasannya, bukannya firasat itu tak bisa di artikan, tapi bila memang perlu di artikan, kau akan di mampukan untuk itu, memang tidak mudah menerima kemampuan mampu membaca pertanda, sekalipun firasat itu bisa kau rasakan. Apa yang terjadi pasti akan tetap terjadi, sekuat apapun berusaha menyangkal atau menolak, semua hanya sia-sia, tak ada yang bisa mengubah apa yang telah Tuhan rencanakan, tak ada yang pernah tahu itu sampai waktulah yang akan menjawabnya.
Lalu, untuk apa tahu pertanda sebelum waktunya?
Toh firasat tak bisa membuatku jadi lebih pandai tapi justru menyiksaku, jawabnya adalah, firasat ada agar kita bisa belajar menerima, menerima firasat ketika itu belum terjadi, menerima kejadiannya ketika itu sudah terjadi, menerima segala sesuatu, baik atau buruk yang terjadi dalam hidup ini, dan akhirnya untuk kita belajar berdamai dengan hidup yang tak selalu indah dan bergantung pada Tuhan.
Ketika firasat itu datang mengetuk, aku segera berdo'a untuk menenangkan batin dan berharap apapun yang terjadi, masih dapat di atasi dan semoga semua orang yang ku sayang tetap dalam perlindungan Tuhan.
Dan benar, belajar menerima hidup, rentang waktu antara datangnya firasat hingga terjawabnya adalah waktu yang tak mengenakan karena terjadi peperangan batin, tapi justru di sanalah aku dapat berbicara pada hatiku, mengimani bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan.

Aku memang tak mampu menyelami seutuhnya saat itu juga, tapi paling tidak aku dapat mempersiapkan diri dengan yakin bahwa Tuhan Maha ada di saat terburuk sekalipun.

Meskipun mungkin tidak akan ada seorang pun yang benar-benar bisa mengerti sejalan dan sepaham dengan harapan kita, tapi dari situlah kita belajar memahami betapa kayanya keaneka ragaman paham dan betapa pentingnya kita selalu berbesar hati dalam mempelajari dan memahami orang-orang di sekitar kita.

** FIRASAT ADALAH BAHASA HATI YANG TERLUPAKAN **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar