TEMUKAN KETENANGAN

"Coba kita lemparkan sebuah kerikil ke tengah telaga yang tenang.
Berpusat dari tempat jatuhnya kerikil itu akan tercipta sebuah gelombang yang mengalun ke semua penjuru telaga.
kini, bisakah Anda menghentikan laju riak gelombang itu?
Mungkin Anda akan mencoba memasukan telapak tangan Anda ke dalam air atau menghadangnya dengan kedua kaki Anda.
Namun, yang terjadi adalah semakin banyak Anda bergerak atau melakukan sesuatu pada permukaan telaga, maka akan semakin banyak riak gelombang baru akan bermunculan.
Satu-satunya cara menghentikan laju riak gelombang itu hanyalah dengan membiarkannya berhenti sendiri.
Demikian pula halnya dengan ketenangan pada pikiran kita.
"Semakin keras Anda melakukan sesuatu pada pikiran Anda, maka akan semakin sulit Anda mencapai ketenangan itu.
Amati saja, jangan tolak atau menghentikan riak pada pikiran Anda, biarkan pikiran Anda berangsur-angsur tenang, karena : "ketenangan diri di mulai dari ketenangan pikiran, sedangkan ketenangan pikiran bermula dari ketenangan bernapas.

" DALAM NAPAS YANG TENANG, TEMUKAN JIWA YANG TENANG "

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur, merenunglah dalam keheningan, 'JANGAN GUNAKAN PIKIRAN UNTUK MENCARI BERBAGAI JAWABAN', Dalam perenungan anda tidak harus mencari jawaban, cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran, 'JAWABAN BERASAL DARI PIKIRAN ANDA YANG BENING'.
Selama berhari-hari anda disibukan dengan berbagai hal, Sadarilah bahwa pikiran anda butuh istirahat, tidak cukup hanya dengan tidur, anda perlu tidur dalam keadaan terbangun, merenunglah dan dapatkan Ketentraman batin.

Pikiran yang di gunakan itu bagaikan air sabun yang di aduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh pula air. SEMAKIN CEPAT ANDA MENGADUK SEMAKIN KENCANG PUSARAN.
Merenung adalah menghentikan adukan dan membiarkan air berputar perlahan, perhatikan partikel sabun turun satu persatu menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan tanpa suara, bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun.
Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah hanya air jernih yang mampu meneruskan cahaya, demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.

1 komentar: