Sejatinya jiwa manusia semuanya sehat dan raga hanyalah sarana yang menjadi tempat berdiamnya jiwa,hanya saja jiwa membutuhkan raga sebagai media atau pasilitas untuk melakukan aktivitas dunia, karena alam dunia ini alam nyata.
Akan tetapi ketika jiwa berada di dalam raga kita, maka kita jadi memiliki banyak sekali keterbatasan, karena jiwa mesti mengikuti kodrat alam untuk mencukupi semua pasilitas dan semua yang di butuhkan raga kita, seperti butuh makan, minum, tidur dan kebutuhan yang menunjang kesehatan raga kita tetap terjaga, karena itulah syariat yang membuat kita tetap hidup.
Tapi, terkadang kebutuhan sarana kesehatan raga kita suka membuat kita lupa akan kesehatan jiwa kita, terkadang kita lalai dengan apa yang di butuhkan jiwa kita juga supaya tetap terjaga kesehatannya, hal itu bisa di sebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran kita tentang betapa pentingnya menjaga jiwa kita juga tetap sehat.
Cahaya mata hati kita tidak terbiasa peka sehingga sering membuat kita gelap mata, jiwa kita terganggu kesehatannya, mudah stres, pikiran gampang labil, uring-uringan tidak jelas, tidak bisa tenang, mudah marah, emosinya tidak stabil, tidak peduli baik buruknya suatu perkara, jiwanya mudah goncang karena kurangnya penerang dan pegangan hidup yang jelas.
Sakit jiwa tidak hanya di definisikan dengan gila, karena ketika seseorang mengalami stres yang berlebihan, kesel, emosinya tidak terkontrol, gampang marah, kurang bergairah, dan sebagainya, itu juga bisa di kategorikan sedang mengalami gangguan kesehatan jiwa, karena tidak adanya arahan yang jelas dan minimnya pembelajaran tentang ilmu kejiwaan.
Gejolak perdebatan jiwa dan raga sering membuat jiwa kita merasa tertekan dan motivasi jiwa kita terabaikan, kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu kita ke arah yang benar.
Jiwa kita terbuai dengan apa-apa yang menjadi kepuasan dohiriyah saja, padahal semua kebutuhan dohiriyah tidak akan mampu mencukupi kebutuhan ruhaniah kita, sedangkan jiwa kita butuh lebih dari pada sekedar kebutuhan dohiriyah, supaya jiwa kita merasakan sejatinya kenyamanan dan kedamaian dari dalam diri.
INGATLAH !!!
Arah nyata raga kita adalah liang lahat atau liang kubur,
sedangkan arah jiwa kita adalah kembali menghadap Allah dengan kesuciannya.
"Syariat dan tharikat adalah bagian raga kita ( ubudiyah/ wilayah kehambaan)
lalu sebagai anugerah ketaatan penghambaan kita maka Allah anugerahkan hakikat dan ma'rifat sebagai bagian dari keyakinan/keimanan jiwa kita ( rububiyah / wilayah ketuhanan)
Ketika raga terus membutuhkan asupan makanan untuk tetap bertahan hidup,
Maka, jiwa pun membutuhkan tambahan energi untuk ketahanannya."
Setiap kali raga butuh makan maka jiwa pun butuh makan juga,
atau ketika raga butuh minum maka jiwa pun membutuhkannya, meski makanan raga dan jiwa berbeda tapi ketahuilah untuk tetap mempertahankan aura jiwa dalam raga kita, jiwa membutuhkan asupan energi untuk menjaga ketahanannya.
Raga kita beri makan dan minum biar tidak lapar dan haus, sedangkan jiwa kita beri makanannya seperti : Shalat 5 waktu, membaca Al Qur'an, wiridan, puasa sunah, shalat sunah, membaca dan menghapal hadits/Al Qur'an serta amalan-amalan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar