JADILAH ORANG YANG SUKA MENGALAH

•PERDEBATAN DI DUNIA AKAN
BERULANG DI AKHIRAT, JADILAH
ORANG YANG SUKA MENGALAH•
ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﺴﺑ

Pelan-pelan, bapak saya
mengorek-korek tumpukan
kaca mata. Ada yang baru, ada
yang bekas.
"Pak, kayak gini berapa?" tanya
bapak. "Satus seket (150 ribu rupiah)",
jawab penjualnya.
Saya pun membatin,
"Sama dengan harga baru." Merasa tidak ada yang cocok,
Bapak pun beralih ke PKL
(pedagang kaki lima) yang lain
disekitar pasar Beringharjo,
Jogja. Beliau meminta saya
untuk tetap di tempat, menjaga barang. Setelah Bapak saya
pergi, si penjual ngomel-ngomel
di depan temannya,
"Lihat-lihat… Diacak-acak… Tak
ceklek-ceklek sikile, men kapok
(saya patahkan kakinya, biar kapok)". Mendengar ucapan penjual ini,
saya sangat kaget. Masya
Allah.., baru kali ini saya
bertemu penjual yang
"ngamuk" gara-gara barangnya
dipilih. Tak jarang, kasus semacam ini
juga kita temukan ditempat
lain. Yang namanya penjual,
ada yang enak diajak bicara,
ada yang tipenya cuek, bahkan
ada yang mudah ngambek karena barangnya ditawar.
Tidak hanya penjual, pembeli
juga demikian; dari yang mulai
"alot" ketika menawar, tarik-
ulur berjam-jam, sampai orang
yang hanya menerima tanpa menawar. Konflik-konflik
semacam ini tidak bisa
dihilangkan dari kehidupan kita
dalam bermu'amalah. Ya.., itulah kepribadian
manusia. Ada yang suka
konflik, maunya menang terus.
Ada juga yang berusaha
menjauh dari konflik. Namun,
apa pun bentuk warna-warni karakter manusia, itu bukan
fokus pembicaraan kita. Hanya
saja, ada satu hal yang perlu
kita ingat bersama: sedikit
maupun banyak, setiap konflik
yang terjadi antara diri kita dengan orang lain akan
memberikan dampak tekanan
batin bagi pelakunya. Meskipun,
bisa jadi, peristiwa itu sudah
dianggap selesai, namun tetap
saja yang namanya "ketidak serasian" akan menggelayuti
perasan kita. Bisa Anda bayangkan, jika
dalam sehari, kita harus
mengalami konflik. Betapa
banyak beban perasaan yang
dialami orang yang suka
berkonflik. Oleh karena itu, ada sebagaian Ulama', semacam
Imam Bukhari, yang sama
sekali tidak ingin mengalami
konflik dalam masalah
mu'amalah. Sampai-sampai,
ketika beliau hendak membeli sesuatu di pasar, beliau
meminta orang lain untuk
membelikannya. Beliau sangat
khawatir timbul konflik
diantara beliau dengan penjual. KONFLIK DI DUNIA AKAN
BERULANG DI AKHIRAT Inilah bagian yang paling berat.
Tekanan batin akibat konflik
akan kembali di munculkan di
hari akhir. Terkadang, kita
berkeinginan agar konflik yang
kita lakukan tidak diketahui oleh orang lain, namun bisa
jadi, ini akan ditampakkan di
hadapan seluruh makhluk. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
ْﻢُﻜَّﻧِﺇ َّﻢُﺛ .َﻥﻮُﺘِّﻴَﻣ ْﻢُﻬَّﻧِﺇَﻭ ٌﺖِّﻴَﻣ َﻚَّﻧِﺇ
َﻥﻮُﻤِﺼَﺘْﺨَﺗ ْﻢُﻜِّﺑَﺭ َﺪْﻨِﻋ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ Artinya:
"Kamu akan mati dan mereka
akan mati. Kemudian, kalian
akan berdebat di sisi Rabb
kalian pada hari kiamat."
(QS. Az-Zumar: 30–31) Ketika menafsirkan ayat ini,
Ibnu Katsir mengatakan: ﺎﻬﻗﺎﻴﺳ ﻥﺎﻛ ﻥﺇﻭ- ﺔﻳﻵﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﺇ
ﺮْﻛِﺫﻭ ،ﻦﻳﺮﻓﺎﻜﻟﺍﻭ ﻦﻴﻨﻣﺆﻤﻟﺍ ﻲﻓ
ﺭﺍﺪﻟﺍ ﻲﻓ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﺔﻣﻮﺼﺨﻟﺍ
ﻞﻜﻟ ﺔﻠﻣﺎﺷ ﺎﻬﻧﺈﻓ-ﺓﺮﺧﻵﺍ
ﺩﺎﻌﺘﻬﻧﺈﻓ ،ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻴﻋﺯﺎﻨﺘﻣ
ﺓﺮﺧﻵﺍ ﺭﺍﺪﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻣﻮﺼﺨﻟﺍ ﻢﻬﻴﻠﻋ Artinya:
"Ayat ini, meskipun konteksnya
tentang orang mukmin dan
orang kafir serta mengingatkan
tentang perdebatan antara
mereka di hari kiamat, unamun juga mencakup semua pelaku
konflik ketika di dunia.
Perdebatan antara mereka ini
akan diulangi lagi di akhirat."
(Tafsir Ibnu Katsir, 7:96) Kemudian, beliau
membawakan sebuah atsar,
yang disebutkan oleh Ibnu Abi
Hatim, bahwa ketika ayat ini
turun, seorang Shahabat yang
bernama Az-Zubairbin Awam bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah
perdebatan yang terjadi di
antara kita akan diulangi lagi
(di akhirat) setelah terjadi di
dunia ini, selain beban dosa yang kita tanggung?"
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wasallam menjawab:
"Betul..! Sungguh, perselisihan
kalian akan diulangi, sampai
semua hak dikembalikan kepada pemiliknya."
Setelah itu, Zubair
berkomentar:
"Jika demikian, berarti
peristiwanya sangat
mengerikan…" (HR. Ahmad dan Turmudzi; dan
dinilai sahih oleh Al-Albani;
lihat juga Tafsir Ibnu Katsir,
7:96) Karena itu, wajar jika Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wasallam
menyebut salah satu orang
yang jelek di sisi Allah adalah
orang yang paling "sulit" ketika
berkonflik. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: ُّﺪَﻟَﻷﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﻝﺎﺟﺮﻟﺍ ﺾﻐﺑﺃ
ﻢِﺼَﺨﻟﺍ Artinya:
"Orang yang paling Allah benci
adalah orang yang sulit ketika
berkonflik."
(HR. Muslim) Nabi Shalallahu 'Alaihi
Wasallam juga bersabda: ًﺎﻤﺻﺎﺨﻣ ﻝﺍﺰﺗ ﻻﺃ ًﺎﻤﺛﺇ ﻚﺑ ﻰﻔﻛ Artinya:
"Cukuplah kamu dianggap
melakukan dosa ketika kamu
selalu melakukan konflik."
(HR. Turmudzi) Bisa kita bayangkan, betapa
capai dan letihnya perasaan
orang yang sering berkonflik.
Setumpuk dosa dan kesalahan
dibebankan di pundaknya. Itu
pun masih ditambah dengan semua tekanan batin dari
setiap konflik yang pernah dia
lakukan di dunia. Masya Allah..,
bagaimana mungkin orang bisa
merasakan ketenangan? Hanya
tinggal satu harapan: semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala
mengampuni kita, amin. JADILAH ORANG YANG SUKA
MENGALAH Semoga ini bisa meringankan
beban kita ketika di akhirat.
Berusahalah untuk
menyelesaikan konflik di dunia
ini secara tuntas. Jangan ada
lagi perasaan yang masih mengganjal dan jangan sampai
itu dibiarkan. Bila perlu,
berusahalah untuk senantiasa
mengalah, meskipun secara
dzahir kita dirugikan. Ini
mungkin sangat berat, namun bukan berarti ditinggalkan.
Semuanya bisa dilatih dan
dibiasakan. Hanya saja, bagi
mereka yang belum terbiasa,
diperlukan sedikit waktu untuk
belajar. Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam memberikan banyak
janji keutamaan bagi orang
yang memiliki sikap mengalah.
Dalam sebuah haditsnya, dari
sahabat Jabir bin Abdillah radhiAllahu 'anhuma, Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda: ، َﻉﺎَﺑ ﺍَﺫِﺇ ﺎًﺤْﻤَﺳ ًﻼُﺟَﺭ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻢِﺣَﺭ
ﻰَﻀَﺘْﻗﺍ ﺍَﺫِﺇَﻭ ، ﻯَﺮَﺘْﺷﺍ ﺍَﺫِﺇَﻭ Artinya:
"Semoga Allah merahmati
orang yang 'lugu' ketika
menjual, ketika membeli, dan
ketika menuntut hak."
(HR. Bukhari) Dalam riwayat yang lain, dari
Shahabat Abu Umamah
radhiAllahu 'anhu, Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda: ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ِﺾَﺑَﺭ ﻲِﻓ ٍﺖْﻴَﺒِﺑ ٌﻢﻴِﻋَﺯ ﺎَﻧَﺃ
ﺎًّﻘِﺤُﻣ َﻥﺎَﻛ ْﻥِﺇَﻭ ،َﺀﺍَﺮِﻤْﻟﺍ َﻙَﺮَﺗ ْﻦَﻤِﻟ Artinya:
"Saya memberi jaminan, agar
mendapatkan rumah di sekitar
surga, bagi setiap orang yang
meninggalkan perdebatan,
meskipun dia berada di pihak yang benar."
(HR. Abu Daud dan Baihaqi;
dinilai sahih oleh Al-Albani) Tidak ada pilihan lain, selain
mencoba untuk menjadi orang
"lugu" dalam setiap konflik.
Jangan dibayangkan
hukumannya hanya hukuman
fisik. Jika Anda peduli nasib Anda di akhirat, jadikanlah
perasaan Anda tidak terlalu di
letihkan dengan berbagai
tekanan batin akibat konflik
estafet di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar