KESOMBONGAN

Tersebutlah seorang putri raja
dari Cina yang sangat cerdas.
Dia menjadi sombong dengan
kecerdasannya itu. Ketika usia
telah cukup untuk menikah
sang raja bermaksud untuk mengadakan sayembara, sang
putri tidak keberatan namun
dia mengajukan syarat bagi
mereka yang ingin
menikahinya. Setiap laki-laki
yang ingin mempersuntingnya harus mampu menjawab 3
pertanyaan yang dia ajukan.
Bagi yang tidak mampu
menjawab maka tiang
gantungan telah menanti
sebagai hukuman. Demikianlah, puluhan pemuda
mengakhiri hidup mereka di
tiang gantungan tersebut
karena tak mampu menjawab
pertanyaan sang putri. Raja
menjadi sangat khawatir dengan kondisi putrinya yang
semakin menikmati
permainannya, juga khawatir
dengan usianya yang semakin
bertambah namun tidak ada
tanda tanda bahwa dia akan mengakhiri permainan gilanya
itu serta khawatir semua
pemuda terbaiknya mati sia-sia
di tiang gantungan. Suatu hari, datanglah seorang
pemuda pengembara dari tanah
Bharata, dia mendengar cerita
tentang sang putri dan berniat
untuk mengakhiri
permainannya. Dia mendaftar untuk bertanding dengan sang
putri. Mendengar hal ini sang
raja jadi gelisah karena pasti
pemuda pengembara ini
hidupnya akan berakhir pula di
tiang gantungan. Dia menasehati sang pemuda agar
mengurungkan niatnya untuk
mengikuti pertandingan namun
ditampik oleh sang pemuda
yang telah bulat tekadnya
untuk menghentikan kecongkakan sang putri. Tibalah hari yang telah
ditentukan, sang pemuda dan
para penonton telah hadir di
pendopo istana bersiap untuk
mengikuti acara yang sangat
menegangkan itu, namun sang pemuda tidak kelihatan tegang
bahkan sebaliknya, dia duduk
tegak bersila dengan
tenangnya sambil terus
menebar senyum. Sang raja dan
para juri yang terdiri dari para pendeta dan penasehat istana
telah duduk di masing masing
tempat yang tersedia dengan
harap-harap cemas. Tak berapa
lama berselang datanglah sang
putri berjalan ke tengah-tengah pendopo dengan keangkuhan
tersirat yang disebabkan oleh
kecerdasannya. Duduk dengan
kaki terlipat di atas kursi dan
senyum sinis menghiasi wajah
yang seharusnya sangat cantik itu dia melirik ke arah sang
pemuda. Sayembara segera dimulai.
Tampak sang putri berbisik di
telinga penterjemah yang
segera berkata, Wahai pemuda
yang berani datang menantang
sang putri, apakah engkau tidak takut digantung? Apakah
engkau tidak sayang akan
nyawamu berakhir sia-sia di
tiang gantungan? Apakah
engkau tidak sayang akan
ketampananmu serta masa depanmu? Pulanglah sebelum
terlambat. Demikian kata
penterjemah menyampaikan
apa yang dibisikkan oleh sang
putri, tampak sangat jelas dia
memandang rendah sang pemuda. Walau kelihatan
seperti menyayangkan
keikutsertaan sang pemuda
namun dari kata-katanya jelas
tersirat bahwa sang putri
sangat senang akan ada lagi korban yang jatuh dan dia tidak
ingin sang pemuda mundur dari
pendopo. Sang pemuda hanya tersenyum
sambil mempersilakan sang
putri untuk menyampaikan
pertanyaannya karena dia
sudah tidak sabar lagi untuk
menjawab. Sang penterjemah
membacakan pertanyaan
pertama sang putri yang
berbunyi, Siapakah bapak yang
mampu memperlakukan semua
secara adil? Pemuda itu dengan suara
tenang menjawab, Dia adalah
Matahari. Para juri terperangah karena
untuk pertama kalinya ada
orang yang mampu menjawab
dengan tepat dengan
santainya. Biasanya para
pemuda terdahulu kalah pada pertanyaan pertama. Pertanyaan kedua, Siapakah
ibu yang memakan anaknya
setelah sang anak
dilahirkannya? Kembali sang pemuda dengan
tenangnya mengawab, Dia
adalah laut. Kini giliran sang putri yang
keluar keringat dingin karena
dua pertanyaannya dijawab
dengan mudahnya. Dia berpikir
sejenak sebelum mengajukan
pertanyaannya yang ketiga. Setelah berpikir keras dia
tersenyum karena merasa
mendapatkan satu pertanyaan
yang mustahil dijawab oleh
siapapun, bahkan oleh para
pendeta terpelajar sekalipun. Pertanyaan ketiga adalah,
pohon apakah yang setiap
daunnya memiliki dua warna,
hitam dan putih? Melihat sang putri tersenyum
bahagia karena merasa yakin
pertanyaannya tidak bakalan
bisa dijawab, sang pemuda
sengaja berlagak seperti orang
yang sedang berpikir keras mencari jawaban, membiarkan
sang putri menikmati angannya
yang akan berakhir sebentar
lagi. Hal ini ternyata membuat
para hadirin dan juga sang raja
menjadi sangat cemas, padahal tadi telah muncul harapan
bahwa sang pemuda akan
memenangkan sayembara ini.
Setiap jawaban disambut
tengan tepuk tangan yang
sangat meriah. Namun berbeda dengan sekarang, suasana jadi
sangat hening mencekam,
setiap hati melantunkan doa
kemenangan buat sang pemuda
sehingga tidak akan ada lagi
korban berjatuhan. Namun sang pemuda tidak segera
menjawab, bahkan dia
kelihatan berpikir semakin
keras. Sengaja dia lakukan
untuk memberikan kesempatan
kepada sang putri menikmati angan kemenangannya lebih
lama. Sang putri yang merasa pasti
menang menebar senyum
bangga kearah hadirin namun
ketika dia berpaling kearah
sang pemuda senyum itu
berubah menjadi sinis. Dia sangat senang atas hal ini dan
berkata, Wahai anak muda,
sampai kapan engkau akan
membisu seperti itu, akuilah
bahwa engkau tidak
menemukan jawabannya, orang-orang hebat seperti para
pendeta yang telah renta
karena ilmupun tidak tahu
jawabannya apalagi anak
kemarin sore sepertimu, oleh
karena itu menyerahlah dan bersiaplah untuk menuju tiang
gantungan, algojo telah tidak
sabar menanti untuk
memasang tali dilehermu,
kasihan mereka terlalu lama
menunggu sesuatu untuk dikerjakan, pekerjaan mereka
hanya datang sesekali. Dengan tatapan tenang ke arah
sang putri sembari tersenyum,
sang pemuda berkata, Tuan
Putri, jawaban hamba atas
pertanyaan Tuan Putri yang ke
tiga adalah “Tahun”. Gemuruh sorak sorai para
hadirin karena akhirnya
pertanyaan terakhir sang Putri
terjawab juga walau mereka
belum yakin jawaban itu benar,
namun paling tidak mereka telah melihat guratan senyum
di sudut bibir para juri pertanda
jawaban tersebut benar
adanya. Sementara di lain pihak, wajah
sang Putri tiba tiba menjadi
merah padam, marah dan
kecewa setelah mendengar
jawaban gamblang dari sang
pemuda. Dia tidak habis pikir bagaimana si pemuda bisa tahu
jawaban itu, sementara dia
kelihatan berpikir keras dari
tadi tapi ternyata dia dengan
tenangnya dapat menjawab,
sang Putri jadi curiga mungkin jawabannya itu hanya tebakan.
Kemudian dia bertanya, Kenapa
jawabanmu Tahun, jelaskan! Bagai sebatang pohon yang
terus bertumbuh, tahun juga
terus berjalan tanpa dapat
dihentikan, daunnya adalah
siang yang putih dan malam
yang hitam. Demikian jawaban sang pemuda pengembara.
Sekali lagi hadirin bersorak
riang gembira. Namun berbeda
dengan sang Putri yang takabur
itu, dia berteriak tidak terima
kalah dan tidak mau menikah sembari ingin mengajukan
pertanyaan lagi akan tetapi
permohonannya ditolak sang
Raja yang mengatakan bahwa
jika Putri tidak mau mengaku
kalah dan tidak mau menikah dengan sang pemuda maka dia
harus mendapat hukuman yang
sama seperti para pemuda yang
kalah sebelumnya, hukuman
gantung. Akhirnya sang Putri mengaku
kalah walau dengan terpaksa
dan kemudian dipersunting
oleh si pemuda dan diboyong
ke negaranya yaitu
Bharatawarsa. *** Sifat angkuh dan sombong telah
banyak mencelakakan makhluk
ciptaan Allah SWT, mulai dari
peristiwa terusirnya Iblis dari
sorga karena kesombongannya
untuk tidak mau sujud kepada Nabi Adam AS tatkala
diperintahkan oleh Allah SWT
untuk sujud hormat kepadanya. Demikian juga Allah SWT telah
menenggelamkan Qorun
beserta seluruh hartanya ke
dalam perut bumi karena
kesombongan dan
keangkuhannya terhadap Allah SWT dan juga kepada sesama
kaumnya. Allah SWT juga telah
menenggelamkan Fir’aun dan
bala tentaranya di lautan
karena kesombongan dan
keangkuhannya terhadap Allah
SWT dan juga kepada sesama kaumnya, dan karena
kesombongannya itulah dia
lupa diri sehingga dengan
keangkuhannya dia
menyatakan dirinya adalah
tuhan yang harus disembah dan diagungkan. Kehancuran kaum Nabi Luth AS
juga karena kesombongan
mereka dengan menolak
kebenaran yang disampaikan
Nabi Luth AS agar mereka
meninggalkan kebiasaan buruk mereka yaitu melakukan
penyimpangan seksual, yakni
lebih memilih pasangan hidup
mereka sesama jenis
(homosek), sehingga tanpa
disangka-sangka pada suatu pagi, Allah SWT membalikkan
bumi yang mereka tempati dan
tiada satu pun di antara mereka
yang bisa menyelamatkan diri
dari adzab Allah SWT yang
datangnya tiba-tiba. Dan masih banyak kisah lain
yang bisa menyadarkan
manusia dari kesombongan dan
keangkuhan, kalaulah mereka
mau mempergunakan hati
nurani dan akalnya secara sehat. Mengapa manusia tidak boleh
sombong? Sebab manusia
adalah makhluk yang lemah,
maka pantaskah makhluk yang
lemah itu bermega-megahan
dan sombong di hadapan penguasa langit dan bumi?
Namun fenomena dan realita
yang ada masih banyak
manusia itu yang lupa hakikat
dan jati dirinya, sehingga
membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima
kebenaran, merendahkan orang
lain, serta memandang dirinya
sempurna segala-galanya. Rasulullah SAW, telah
menjelaskan tentang
bahayanya sifat kesombongan
dan keangkuhan, sebagaimana
diriwayatkan dari Abdullah Bin
Mas’ud RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak masuk
surga siapa saja yang di dalam
hatinya ada sedikit
kesombongan, kemudian
seseorang berkata: “(ya
Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang
pakaiannya bagus dan
sandalnya bagus”, Beliau
bersabda: “Sesunguhnya Allah
itu Indah dan Dia menyenangi
keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu
adalah menolak kebenaran dan
melecehkan orang lain” (HR.
Muslim) Imam An-Nawawi
berkomentar tentang hadits ini,
“Hadits ini berisi larangan dari
sifat sombong yaitu
menyombongkan diri kepada
manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran”.
(Syarah Shahih Muslim 2/269). Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-
Hambali berkata, “Orang yang
sombong adalah orang yang
memandang dirinya sempurna
segala-galanya, dia
memandang orang lain rendah, meremehkannya dan
menganggap orang lain itu
tidak pantas mengerjakan
suatu urusan, dia juga sombong
menerima kebenaran dari
orang lain”. (Jami’ul Ulum Wal Hikam 2/275) Raghib Al-Asfahani berkata,
“Sombong adalah keadaan/
kondisi seseorang yang merasa
bangga dengan dirinya sendiri,
memandang dirinya lebih
utama dari orang lain, kesombongan yang paling
parah adalah sombong kepada
Rabbnya dengan cara menolak
kebenaran (dari-Nya) dan
angkuh untuk tunduk kepada-
Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-
Nya.” (Umdatul Qari` 22/140). Nash-nash Ilahiyyah banyak
sekali mencela orang yang
sombong dan angkuh, baik
yang terdapat dalam Al-Qur`an
maupun dalam As-Sunnah. 1. Orang Yang Sombong Telah
Mengabaikan Perintah Allah
SWT. Allah SWT berfirman, artinya:
“Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan
diri (angkuh).” (QS. 31:18) Ibnu Abbas RA, menjelaskan
makna firman Allah SWT: (Dan
janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia) dia
berkata: “Janganlah kamu
sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu
memalingkan wajahmu ketika
mereka berbicara
kepadamu.” (Tafsir At-Thobari
21/74) Ibnu Katsir mengatakan Firman
Allah SWT, ”Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh”, maksudnya
janganlah kamu menjadi orang
yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena,
janganlah kamu lakukan semua
itu yang menyebabkan Allah
murka kepadamu”. (Tafsir Ibnu
Katsir 3/417). 2. Orang Yang Sombong Menjadi
Penghuni Neraka. Allah SWT berfirman, artinya:
“Katakanlah kepada mereka:
Masuklah kalian ke pintu-pintu
neraka jahannam dan kekal di
dalamnya, maka itulah sejelek-
jelek tempat kembali.” (QS. Az- Zumar: 72) Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak akan masuk surga siapa
saja yang di dalam hatinya
terdapat sedikit
kesombongan.” (HR. Muslim) Dalam hadits lain Rasulullah
SAW bersabda, “Maukah Aku
beritakan kepada kalian
tentang penghuni surga? Para
sahabat menjawab: tentu
(wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: “(Penghuni surga
adalah) orang-orang yang
lemah lagi direndahkan oleh
orang lain, kalau dia bersumpah
(berdo’a) kepada Allah niscaya
Allah kabulkan do’anya, Maukah Aku beritakan kepada kalian
tentang penghuni neraka? Para
sahabat menjawab: tentu
(wahai Rasulullah), lalu beliau
berkata: “(Penghuni neraka
adalah) orang-orang yang keras kepala, berbuat semena-mena
(kasar), lagi sombong”. (HR.
Bukhori & Muslim). 3. Orang Yang Sombong Pintu
Hatinya Terkunci & Tertutup. Sebagaimana Firman Allah SWT,
artinya: “Demikianlah Allah
mengunci mati pintu hati orang
yang sombong dan sewenang-
wenang” (QS. Ghafir 35). Imam Asy-Syaukani berkata,
“Sebagaimana Allah mengunci
mati hati orang yang
memperdebatkan ayat-ayat
Allah maka demikian juga
halnya Allah juga mengunci mati hati orang yang sombong
lagi berbuat semena-mena,
yang demikian itu karena hati
merupakan sumber pangkal
kesombongan, sedangkan
anggota tubuh hanya tunduk dan patuh mengikuti hati”.
(Fathul Qodir 4/492). 4. Kesombongan Membawa
Kepada Kehinaan Di Dunia & Di
Akhirat Orang yang sombong akan
mendapatkan kehinaan di
dunia ini berupa kejahilan,
sebagai balasan dari
perbuatannya, perhatikanlah
firman Allah SWT, artinya: “Aku akan memalingkan orang-orang
yang menyombongkan dirinya
di dunia ini tanpa alasan yang
benar dari tanda-tanda
kekuasaanku”. (QS. Al-’Araf:
146). (Maksudnya) yaitu Aku (Allah)
halangi mereka memahami
hujah-hujjah dan dalil-dalil
yang menunjukkan tentang
keagungan-Ku, syari’at-Ku,
hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong
untuk ta’at kepada kepada-Ku
dan sombong kepada manusia
tanpa alasan yang benar,
sebagaimana mereka sombong
tanpa alasan yang benar, maka Allah hinakan mereka dengan
kebodohan (kejahilan).
(Tafsir Ibnu Katsir 2/228) Kebodohan adalah sumber
segala malapetaka, sehingga
Allah sangat mencela orang
orang yang jahil dan orang-
orang yang betah dengan
kejahilannya, Allah SWT berfirman, artinya:
“Sesungguhnya makhluk yang
paling jelek (paling hina) di sisi
Allah ialah orang-orang yang
tuli dan bisu yang tidak
mengerti apapun (jahil).” (QS. Al-Anfal:22) Maksudnya, Allah SWT
menghinakan orang-orang yang
tidak mau mendengarkan
kebenaran dan tidak mau
menutur-kan yang haq,
sehingga orang tersebut tidak memahami ayat-ayat-Nya yang
pada akhirnya menyebabkan
dia menjadi seorang yang jahil
dan tidak mengerti apa-apa,
dan kejahilan itulah bentuk
kehinaan bagi orang-orang yang sombong. Dan orang yang sombong di
akhirat dihinakan oleh Allah
SWT dengan memperkecil
postur tubuh mereka sekecil
semut dan hinaan datang
kepada dari segala penjuru tempat, hal ini sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah SAW
dalam hadits berikut: “Orang-
orang yang sombong akan
dihimpunkan pada hari kiamat
seperti dalam bentuk semut- semut kecil dengan rupa
manusia, dari segala tempat
datang hinaan kepada mereka,
mereka digiring ke penjara
neraka jahannam yang di sebut
Bulas, di bagian atasnya api yang menyala-nyala dan
mereka diberi minuman dari
kotoran penghuni neraka”. (HR.
Tirmizi & Ahmad, dihasankan
oleh Syekh Al-Albani dalam Al-
Misykat) *** Sesungguhnya kemuliaan diri
tidak terletak pada
kesombongan dan tidaklah
sama dengan kehinaan.
Kemuliaan adalah cahaya dan
terletak di kutub yang lain, sedangkan kehinaan adalah
kegelapan dan terletak di kutub
yang lainnya lagi.
Menghindari kesombongan
bukan berarti rendah diri.
Karena rendah diri kepada sesama manusia adalah
kehinaan. Menghindari
kesombongan adalah rendah
hati, beribadah hanya karena-
Nya dan mau menerima
kebenaran dari mana pun datangnya. Tidak ada orang yang
menghindari kesombongan
kemudian menjadi hina.
Sekalipun orang itu tidak
dikenal di masanya, tetapi
karena akhlaknya yang mulia dan beramal dengan ikhlas,
Allah mematri namanya di hati
dan pikiran generasi
selanjutnya. Tidak terasa
ratusan tahun kemudian
namanya banyak disebut orang, nasihat-nasihatnya didengar
dan diamalkan, akhlaknya
menjadi contoh teladan. Inilah
makna firman Allah, “Dan
kesudahan yang baik bagi
orang-orang bertakwa.” (QS al- Qashash [28]: 83). Abu Dzar Ra. berkata, “Ada
orang yang bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, bagaimana
pendapat engkau tentang orang
yang mengerjakan suatu amal
dari kebaikan dan orang-orang memujinya?” Beliau menjawab,
“Itu merupakan kabar gembira
bagi orang mukmin yang
diberikan lebih dahulu di
dunia.” (HR. Muslim). Said bin Jubair walaupun
bertahun-tahun dipenjara dan
akhirnya dihukum mati,
kepalanya dipenggal oleh
seorang algojo, namun ulama
dan kaum muslimin mencintainya dan
mendoakannya karena dia
adalah syuhada, pembela yang
haq, dan penegak keadilan
yang tak takut mati. Ibnu Taimiyah mati di dalam
penjara, namun kebaikan-
kebaikannya terasa hingga
kini. Dia dikenal sebagai ulama
pembela as-Sunnah, panglima
perang di medan jihad, dan seorang penulis yang tiada
duanya. Kitabnya berjilid-jilid
tebalnya, kandungannya
sangatlah berharga, dan
menjadi rujukan banyak ulama. Hasan al-Banna mati ditembak,
yang mengubur jenazahnya
hanya empat orang; ayahnya,
istrinya, anaknya, dan seorang
nasrani. Hal itu terjadi karena
seluruh pengikutnya dijebloskan ke dalam penjara
dan para ulama tidak ada yang
diberitahu tentang
kewafatannya. Dia kini dikenal
sebagai salah satu tokoh
terkemuka, mujahid, ulama shalih, da’i, murabi, dan pendiri
jamaah Islam terbesar di dunia. “Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu
memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS.
Ibrahim [14]: 24-25). Sedangkan bagi orang-orang
yang menyombongkan diri dan
zhalim, sekalipun terkenal di
masanya, kaya hartanya, tinggi
kedudukannya, luas
kekuasaannya, namun di masa kemudian hanya menjadi buah
hinaan dan kutukan.
Al-Hajjaj seorang pejabat di
masa kekhalifahan Umayah,
dikenal karena kesadisannya,
kekejamannya, pembunuh para ulama shalih, termasuk di
dalamnya Said bin Jubair.
Sekalipun kekayaannya
banyak, kedudukan dan
pangkatnya tinggi, namun ia
hina di sisi Allah dan kaum muslimin yang mencintai
kebaikan. Akhirnya ia mati
dalam keadaan mengenaskan,
tubuhnya dipenuhi bisul yang
apabila muncul rasa sakit
darinya, terdengar suara yang keras dari mulutnya seperti
banteng yang meregang
nyawa. Ahmad bin Du’ad, seorang
tokoh Mu’tazilah, ikut andil
menyiksa Imam Ahmad bin
Hanbal. Imam Ahmad pun
mendoakan kebinasaannya,
maka Allah menimpakan padanya suatu penyakit yang
membuatnya sering
mengatakan, “Adapun separoh
tubuhku ini apabila dihinggapi
oleh seekor lalat, kurasakan
sakit yang bukan kepalang hingga seakan-akan dunia ini
kiamat. Sedang separoh
tubuhku yang lain andaikata
digerogoti dengan catut
sekalipun, niscaya aku tidak
merasakannya.” Sultan yang memenjarakan
Ibnu Taimiyah akhirnya turun
tahta, ulama-ulama
pembisiknya akhirnya tidak
dihormati masyarakat. Ulama-
ulama su’ (buruk) itu tidak dikenal kecuali hanya
namanya, dan itupun hanya
orang-orang tertentu saja. Tapi
Ibnu Taimiyah dikenal
sepanjang masa dan ulama-
ulama serta kaum muslimin mengagumi dan meneladani
sikapnya. Raja Faruq, pembunuh Hasan al-
Banna, akhirnya turun tahta
setelah beberapa tahun
kematian Hasan al-Banna.
Dulunya dihormati, kini dicaci
maki dan hanya bagian dari sampah sejarah mesir yang tak
berguna. Pejabat-pejabat Mesir
yang banyak menyiksa dan
memasukkan aktivis ikhwanul
muslimin ke penjara, seperti
Gamal Abdul Naser dan Hamzah Basyuni mati secara
mengenaskan. Yang pertama
selalu dihantui ketakutan
sebelum matinya, sedangkan
yang kedua mati ditabrak truk
penuh dengan besi sehingga tubuhnya tercabik-cabik tak
karuan. “Dan perumpamaan kalimat
yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat
tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-
orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Ibrahim [14]:
26-27). Seberapa kayanya Anda, kelak
ketika mati harta itu tidak akan
dibawa ke alam kubur.
Seberapa pintarnya Anda,
sangat mudah bagi Allah
memberi satu penyakit yang menjadikan seluruh ilmu yang
Anda miliki hilang. Sekuat apa
pun Anda, sesungguhnya Anda
tidak lebih kuat dari rumput
yang sering diinjak-injak orang. Jadilah batu mulia, jangan jadi
debu. Batu mulia mahal
harganya dan sangat indah bila
dipandang mata. Sedangkan
debu, menempel di baju,
menjadi kotor. Di mana pun ia menempel, sesuatu itu menjadi
kotor. Batu mulia tersembunyi
di dalam tanah, sangat sulit
mencarinya. Kalaupun bisa, ia
diambil dengan menggunakan
alat khusus. Jika sudah diketahui ada di suatu tempat,
beramai-ramai orang ke sana
mencarinya. Sedangkan debu, terlihat di
depan mata, bahkan bisa
membuat mata sakit, bisa
membuat orang alergi. Orang-
orang berusaha sebisa mungkin
menghindari debu. Amal yang dilakukan bukan karena Allah –
di dalam al-Quran – diibaratkan
“batu licin yang di atasnya ada
debu, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak berdebu)”. (QS. al-Baqarah [2]:
264). Begitulah amal orang-
orang yang sombong, tidak
mendapatkan apa-apa selain
hanya gerakan-gerakan yang
melelahkan. Semoga kita semua dapat
mengambil manfaat dari ulasan
di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar