LARANGAN BUAT ISTRI

Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa
Sallam, bersabda dari Abdullah
bin Mas’ud: “Janganlah wanita menemui
dan mendekati wanita lain lalu
menceritakan keadaan wanita
itu kepada suaminya hingga
seakan-akan suaminya melihat
langsung.” (HR. Al-Bukhari) Makna “Lan tubasyir” yaitu
menemui dan mendekati. Para
ahlul ilmi menjadikan hadits
tersebut sebagai argumentasi
dalam kaidah menutup seluruh
jalan menuju kerusakan, sebagaimana dalam penjelasan
hadits tersebut: “Adapun
hikmah yang terkandung di
dalamnya, yaitu dikhawatirkan
suami menjadi tertarik
terhadap wanita yang diceritakan itu, hingga
menceritakan istrinya atau
tergila-gila dengan yang
diceritakan.” Memang banyak para istri yang
terjerumus dalam masalah ini,
yaitu menceritakan kecantikan
dan kelebihan wanita lain di
hadapan suaminya. Seperti
sepele, padahal mengundang banyak masalah bahkan sama
saja dengan membuka aib
orang tersebut yang seharusnya
tidak perlu diceritakan karena
tidak ada manfaatnya sama
sekali. Maka apabila para istri menceritakan keadaan wanita
tersebut hingga suami menaruh
rasa cinta atau minimal simpati
tanpa ia sadari, inilah salahsatu
bahaya yang paling mudah
mempengaruhi seseorang. Misalnya saja, seorang istri
sering memuji teman-teman
wanitanya dihadapan
suaminya. Dia menyebutkan
kelebihan-kelebihannya baik
dari fisik, perilaku, bahkan pemikiran sehingga suami
terpesona kepada teman
istrinya walaupun ia belum
pernah melihatnya. Hal ini
mengundang rasa penasaran
suami untuk melihat wanita tersebut atau berpikiran yang
macam-macam. ‘Aisyah ra sangat
mengkhawtirkan hal tersebut,
sebagaimana disebutkan dalam
atsar, “Jangan sekali-kali
engkau ceritakan keadaanku
kepada suamimu” (sanadnya shahih, riwayat Ibnu Abi
Syaibah dalam kitab Al-
Mushannaf 4/45) Masalahnya kemudian adalah
ketika sang suami melihat
kekurangan yang ada pada
istrinya, mulainya ia
membanding-bandingkan
istrinya dengan wanita lain. Tatkala suami memperingatkan
istrinya karena suatu kesalahan
atau kekurangan di satu sisi
dan sekian lama setelah
diperingatkan ternyata tidak
ada perbaikan, maka suami akan teringat kelebihan-
kelebihan yang ada pada
wanita yang dulu pernah
diceritakan padanya, bisa-bisa
seperti kata pepatah pagar
makan tanaman. Karena terdorong oleh rasa
simpati pada perempuan yang
diceritakan padanya maka bisa
saja suaminya menuntut
kepada istrinya dengan
perkataan, ‘jadilah kamu seperti Fulanah yang pintar
mendidik anak-anaknya,
jadilah kamu seperti fulanah
yang rapi mengatur rumah
tangga atau jadilah seperti
fulanah yang tidak suka keluyuran di luar rumah. Dan
sebagainya. Menceritakan wanita lain di
hadapan suami akan
membawah dampak buruk bagi
seorang suami, sebab
keberadaan istri akan dirasa
kurang dan serba terbatas di mata suami. Bagi seorang istri
akan tertimpa dampak negatif
manakala menaruh simpati
pada wanita lain. Umumnya seorang istri
cenderung menjauhi suaminya,
menyimpan kedengkian dan
membenci wanita lain jika
wanita itu salahsatu
kerabatnya, bisa berakibat terputusnya silaturahim, atau
jika wanita itu istri temannya
bisa berakibat putusnya
hubungan karena dilihatnya
wanita lain lebih sempurna dari
dirinya. Termasuk persoalan yang perlu
mendapatkan perhatian serius
dalam pandangan syari’at,
yaitu suami yang terlalu detail
bertanya tentang teman-teman
wanita istrinya, sebagai kekhawatiran dan penjagaan
sejak dini agar tidak terjerumus
dalam kemungkaran,
penyimpangan syari’at atau
tindakan yang berlebih-lebihan,
maka sebaiknya pertanyaan yang terlalu detail tidak perlu.
Bahayanya, istri justru
memberikan jawaban atau
menceritakan keadaan
temannya secara berlebihan.
Misalnya dia menceritakan, teman wanitanya berpakaian
begini dan begini atau
wajahnya begini dan begini. Suami sebaiknya menjelaskan
hokum perkara-perkara yang
terlarang itu tanpa mencari-cari
tahu keadaan para wanita dan
mengenal orang-orangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar